
Jakarta - Setelah kalah telak 10-0 dari di babak kualifikasi Piala Dunia 2014, Indonesia juga gagal menjuarai turnamen level ASEAN di kelompok U-21. Manajemen timnas oleh PSSI dinilai buruk.
Kurang dari 10 hari semenjak mencetak rekor kekalahan terbesar di Bahrain, pasukan "Garuda Muda" kalah 0-2 dari Brunei Darussalam di final Piala Sultan Hassanal Bolkiah, Jumat (9/3/2012) malam. Ekspektasi masyarakat melihat timnasnya berprestasi kembali kandas.
Dua kekalahan beruntun itu dianggap sebagai cermin kegagalan PSSI dalam mengelola manajemen tim nasional. Oleh karena itu harus segera ada evaluasi dan reorganisasi di bidang itu.
"Pengelolaan timnas terkesan tanpa visi dan amburadul," demikian pernyataanSave Our Soccer (SOS) dalam rilisnya kepada redaksi detiksport, Sabtu (10/3) pagi.
"Evaluasi terkait dengan target prestasi, pemilihan pemain, support pelatih dan pembinaan usia dini. Sedangkan perlu reorganisasi karena penanggung jawab timnas saat ini tidak kredibel dan cenderung bekerja apa adanya. Ketua Umum PSSI harus memecat penanggung jawab timnas, Bernard Limbong," tulis Apung Widadi, juru bicara SOS.
Di sisi lain, PSSI harus menciptakan kompetisi yang sangat kompetitif dan berkualitas, sehingga dengan begitu akan lahir pemain-pemain yang profesional dan berkualitas. SOS juga meminta PSSI harus menghilangkan konflik terkait dualisme kompetisi yang terjadi saat ini.
"Kami juga menghimbau agar dua kekalahan beruntun itu tidak dijadikan kambing hitam oleh kelompokstatus quo era Nurdin Halid, yang saat ini masih mengganggu kinerja PSSI. Iklim demokrasi di Indonesia sudah cukup matang, sehingga kalaupun mau mengkritik kinerja PSSI, sampaikanlah dengan jalur dan sarana yang ada dan tertib, serta tidak menghasut. Sekal lagi, ini demi kejayaan sepakbola Indonesia, bukan untuk satu atau dua kelompok," tambah SOS.
Kurang dari 10 hari semenjak mencetak rekor kekalahan terbesar di Bahrain, pasukan "Garuda Muda" kalah 0-2 dari Brunei Darussalam di final Piala Sultan Hassanal Bolkiah, Jumat (9/3/2012) malam. Ekspektasi masyarakat melihat timnasnya berprestasi kembali kandas.
Dua kekalahan beruntun itu dianggap sebagai cermin kegagalan PSSI dalam mengelola manajemen tim nasional. Oleh karena itu harus segera ada evaluasi dan reorganisasi di bidang itu.
"Pengelolaan timnas terkesan tanpa visi dan amburadul," demikian pernyataanSave Our Soccer (SOS) dalam rilisnya kepada redaksi detiksport, Sabtu (10/3) pagi.
"Evaluasi terkait dengan target prestasi, pemilihan pemain, support pelatih dan pembinaan usia dini. Sedangkan perlu reorganisasi karena penanggung jawab timnas saat ini tidak kredibel dan cenderung bekerja apa adanya. Ketua Umum PSSI harus memecat penanggung jawab timnas, Bernard Limbong," tulis Apung Widadi, juru bicara SOS.
Di sisi lain, PSSI harus menciptakan kompetisi yang sangat kompetitif dan berkualitas, sehingga dengan begitu akan lahir pemain-pemain yang profesional dan berkualitas. SOS juga meminta PSSI harus menghilangkan konflik terkait dualisme kompetisi yang terjadi saat ini.
"Kami juga menghimbau agar dua kekalahan beruntun itu tidak dijadikan kambing hitam oleh kelompokstatus quo era Nurdin Halid, yang saat ini masih mengganggu kinerja PSSI. Iklim demokrasi di Indonesia sudah cukup matang, sehingga kalaupun mau mengkritik kinerja PSSI, sampaikanlah dengan jalur dan sarana yang ada dan tertib, serta tidak menghasut. Sekal lagi, ini demi kejayaan sepakbola Indonesia, bukan untuk satu atau dua kelompok," tambah SOS.
0 komentar:
Post a Comment